Webmail |  Berita |  Agenda |  Pengumuman |  Artikel |  Video

Garansi dalam Karantina

09 Mei 2020
15:29:11 WIB

Yohanes 21:1-14

Setelah kebangkitan-Nya, Yesus selama 40 hari menemui murid-murid-Nya (bd. Kis. 1:3). Dalam satu kesempatan pada saat itu Simon Petrus bersama dengan murid-murid lainnya pergi untuk menangkap ikan di pantai Danau Tiberias. Apa yang dilakukan oleh Simon Petrus dkk tersebut tentunya sangat beralasan. Bagaimanapun mereka membutuhkan suatu penghasilan dalam rangka mencukupi kebutuhan keluarga mereka. Pekerjaan tersebut memang selama ini telah mereka tinggalkan selama mereka mengikuti pelayanan Yesus. Lalu darimana mereka dapat mencukupi kebutuhan keluarga mereka ketika mereka telah meninggalkan pekerjaan mereka menangkap ikan dan pergi dalam pelayanan bersama Yesus? Tentu saja mereka selama ini telah dicukupi melalui pelayanan yang mereka lakukan. Hal itu dibuktikan dengan adanya sosok Yudas Iskariot sebagai pemegang kas dalam kelompok pelayanan Yesus (bd. Yoh. 13:29), dan juga disebutkannya para perempuan yang melayani dengan kekayaan mereka (bd. Luk. 8:3). Hal itu menunjukkan bahwa ada keuangan yang salah satunya dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan keluarga murid-murid Yesus. Namun, setelah kebangkitan Kristus, tentu saja tidak ada lagi pelayanan yang mereka bisa lakukan, dan tentunya tidak ada juga penghasilan untuk menafkahi keluarga mereka. Oleh karena itu pilihan Simon Petrus, dkk untuk kembali pergi menangkap ikan adalah keputusan yang bijak.

Namun sayangnya mereka tidak mendapatkan hasil apapun selama mereka pergi menangkap ikan pada malam itu. Tidak ada penjelasan apa yang menyebabkan itu terjadi sehingga pembaca bebas untuk menduga-duga penyebabnya. Namun saya berpendapat bahwa mereka sedang tidak beruntung saja, atau mungkin saatnya yang belum tepat. Hingga kemudian di tengah-tengah kesesakan mereka tersebut Yesus datang dan menolong mereka dengan melakukan mujizat dengan banyaknya ikan yang mereka dapat tangkap dalam waktu singkat hanya dengan mengikuti perintah Yesus.

Bisa jadi secara kebetulan situasi yang dialami oleh murid-murid Yesus tersebut mirip dengan situasi yang saat ini juga kita bersama alami. Meskipun tidak secara resmi dikarantina, namun pembatasan berbagai aktivitas selama berbulan-bulan rasanya sudah sama seperti mengalami karantina. Karantina sendiri berasal dari kataquarantena, yang artinya empat puluh hari, yang merujuk pada periode yang dipersyaratkan untuk mengisolasi awak kapal selama masa wabah penyakit melanda. Itulah mengapa saya menyebut ada kemiripan dengan yang dialami oleh Simon Petrus dkk tersebut. Kita mengalami situasi yang sulit, terutama dalam sektor ekonomi sebagai akibat pembatasan aktivitas tersebut. Ada banyak yang kehilangan pekerjaan dan penghasilan, termasuk juga pendeta oleh karena tidak lagi bisa mengadakan pelayanan di gereja. Lalu bagaimana supaya meskipun mengalami masa “karantina” tetap dapat bertahan sebagaimana yang dialami oleh Simon Petrus, dkk tersebut?

Pertama, tetaplah membangun kesadaran bahwa Allah tidak menginggalkan kita. Ia selalu memperhatikan kita. Yesus hadir ketika Simon Petrus dkk mengalami situasi yang sulit tersebut. Hal itu sebagai bukti bahwa Ia mengasihi mereka dan memperhatikan kesusahan mereka. Yesus menyapa mereka “anak-anak” (phaidia), sebuah istilah yang merujuk kepada bayi atau anak yang kecil, yang masih lemah dan bergantung kepada kasih sayang orang tuanya. Artinya bahwa Yesus sendiri juga turut merasakan kelemahan yang pada saat itu juga dirasakan oleh murid-murid-Nya. Tuhan Yesus mengerti dan turut juga merasakan masalah kita. Selanjutnya Ia bertanya, “apakah kalian memiliki sesuatu untuk dimakan?” (21:5). Kemudian Ia menolong mereka mendapatkan banyak ikan, yang cukup bagi mereka dan keluarga mereka. Tuhan Yesus adalah Allah yang turut merasakan penderitaan umat-Nya dan turun tangan untuk menolongnya. Dengan demikian, kita selalu melihat ada harapan oleh karena kita tidak menanggungnya seorang diri.

Kedua, tetaplah menuruti firman-Nya. Yesus berkata kepada murid-murid-Nya tersebut untuk menebarkan jala ke sebelah kanan perahu mereka, dan mereka menurutinya sehingga mendapatkan banyak ikan (21:6). Kanan dan kiri, sebagaimana roti dan ikan, adalah istilah yang sering kita jumpai dalam Injil. Biasanya, kanan digunakan untuk merujuk kepada hal-hal yang baik. Di masa yang sulit ini kita tetaplah harus berbuat yang benar. Kita mungkin mendengar berita-berita yang mengabarkan kenaikan tingkat kriminalitas, yang tentunya disebabkan oleh situasi yang sulit ini. Tetapi tentu saja sebagai murid-murid-Nya, kita harus tetap berbuat yang benar sesuai firman-Nya. Situasi yang menjepit tidaklah kemudian membuat kita membenarkan berbagai cara demi mendapatkan uang.

Ketiga, selalu memiliki inisiatif untuk berusaha. Seperti yang sudah saya sampaikan sebelumnya, bahwa Simon Petrus, dkk oleh karena tidak lagi dapat menafkahi melalui pelayanan yang selama ini mereka lakukan maka mereka berinisiatif untuk pergi menangkap ikan. Dan melalui itu Tuhan Yesus mendatangkan mujizat. Siapapun dari kita dapat mulai berinisiatif dan berkreasi dengan berbagai macam usaha selama masa karantina ini, tidak terkecuali pendeta yang selama ini memfokuskan diri dalam pelayanan di gereja, karena melalui usaha-usaha yang kita coba kerjakan tersebut Tuhan akan mendatangkan mujizat-Nya untuk menolong kita.

Keempat, kita harus semakin membangun semangat solidaritas. Di pinggir panta Yesus pada Yesus telah tersedia ikan dan roti, namun demikian Ia memerintahkan murid-murid-Nya untuk membawa beberapa ikan yang telah mereka tangkap sebagai sarapan bersama-sama (21:9-12). Yesus nampaknya ingin mengajarkan solidaritas di antara murid-murid-Nya. Apa yang telah mereka tangkap, mereka nikmati bersama-sama. Dalam situasi pandemi saat ini salah satu cara untuk dapat bertahan adalah dengan membangun solidaritas, kepedulian satu dengan yang lainnya. Oleh sebab itu, apabila sebelumnya digaungkan social distancing, maka akhir-akhir ini diubah menjadi physical distancing, yang maksudnya secara fisik menjaga jarak, namun tidak membuat jarak secara sosial atau menjadikan kehilangan sosialitasnya. Saling bertolong-tolongan satu dengan lainnya, saling menguatkan. Yang dalam situasi beruntung, berbagi dengan mereka yang kurang beruntung.


Penulis: Yushak Soesilo 

File Terbaru

Facebook Fanpage

TAUTAN EKSTERNAL